Thursday, June 9, 2011




(41)
ABU JABIR ABDULLAH BIN 'AMR BIN HARAM
Seorang yang dinaungi malaikat.

Sewaktu orang-orang Anshar yang 70 orang banyaknya itu,
mengangkat bai’at kepada Rasulullah saw. pada bai’at ‘Aqa­bah II,
maka Abdullah bin Amr bin Haram, (Abu Jabir bin Abdullah) termasuk salah seorang di antara mereka ….
Dan tatkala Rasulullah saw. memilih di antara perutusan itu beberapa orang wakil,
juga Abdullah bin Amr terpilih sebagai salah seorang di antara wakil-wakil mereka . . . ,
ia diangkat oleh Rasulullah sebagai wakil dari kaum Bani Salamah.
Dan setelah ia kembali ke Madinah, maka jiwa raga, harta benda dan keluarganya,
dipersembahkannya sebagai baktinya terhadap Agama Islam.
Apalagi setelah Rasulullah hijrah ke Madinah,
maka Abu Jabir menemukan nasib bahagianya dengan selalu bertemankan Nabi, baik Siang maupun malam ….
Di perang Badar, ia turut menjadi pejuang dan bertempur sebagai layaknya kesatria.
Dan di perang Uhud sebelum Kaum Muslimin berangkat perang,
telah terbayang-bayang juga di ruang matanya bahwa ia akan jatuh sebagai korban.
Suatu perasaan kuat meliputi dirinya bahwa ia takkan kembali,
me­nyebabkannya bagaikan terbang karena suka cita.
Maka dipanggil­nya putranya Jabir bin Abdullah, seorang shahabat Nabi yang mulia, lalu pesannya:
“Ayahanda merasa yakin akan gugur dalam peperangan ini . . . .
bahkan mungkin menjadi syahid pertamadi antara Kaum Muslimin.
Dan demi Allah, ayahanda takkan rela mencintai seorang pun selain Rasulullah lebih besar dari anakanda . . . !
Selain itu sebetulnya ayahanda ini mempunyai utang, maka bayarkanlah oleh anakanda,
dan pesankanlah kepada saudara-saudara anakanda, agar mereka suka berbuat baik … !”
Pagi-pagi keesokan harinya Kaum Muslimin berangkat hendak menghadapi orang-orang Quraiay,
yakni orang-orang Quraiay yang datang dengan pasukan besar,
dengan tujuan hendak menyerang kota mereka yang aman tenteram.
Pertempuran sengit pun terjadilah. Pada mulanya Kaum Muslimin memperoleh kemenangan kilat,
yang sedianya akan dapat meningkat menjadi kemenangan telak,
seandainya pasukan panah yang diperintahkan Nabi
agar tetap berada di tempat dan tidak meninggalkannya selama peperangan masih berlang­sung,
terpedaya melihat kemenangan terhadap Quraiay ini,
hingga mereka meninggalkan kedudukan mereka di atas bukit,
lalu berlomba-lomba mengumpulkan harta rampasan dan me­rebutnya dari musuh yang kalah ….
Tetapi demi dilihat musuh bahwa garia pertahanan Kaum Muslimin terbuka lebar,
musuh yang mulanya mengalami ke­kalahan itu, segera menghimpun siaa-siaa kekuatan mereka,
kemudian secara tidak terduga menyerang Kaum Muslimin dari belakang,
hingga kemenangan mereka sebelumnya sekarang berubah menjadi kekalahan ….
Dalam pertempuran yang amat dahsyat ini,
Abdullah ber­tempur dengan gagah berani, ia menghabiskan segala kemam­puannya dalam membela Agama Allah.
Pertempuran ini bagi Abdullah merupakan pertempuran terakhir dalam mencapai syahidnya . . . .
Tatkala perang telah usai dan Kaum Muslimin meninjau para syuhada,
Jabir bin Abdullah pergi mencari ayah­nya, hingga ditemukannya di antara para syuhada itu.
Dan sebagai dislami oleh pahlawan-pahlawan lain, mayatnya telah dicincang oleh orang-orang musyrik ….
Jabir dan sebagian keluarganya berdiri menangisi syahid Islam Abdullah bin Amr bin Haram.
Dan sementara mereka menangisinya itu lewatlah Rasulullah saw. maka sabdanya: Kalian tangisi ataupun tidak … !,
para Malaikat akan tetap menaunginya dengan sayap-sayapnya …
Keimanan Abu Jabir merupakan keimanan yang teguh dan cemerlang . . . .
Kecintaan bahkan kegemarannya …
terhadap mati di jalan Allah, adalah puncak keinginan dan cita-citanya.
Setelah Abu Jabir wafat, Rasulullah saw. pernah men­ceritakan suatu berita penting
yang melukiskan kegemaran Abu Jabir untuk mati syahid ini.
Kata Rasulullah pada suatu hari kepada putranya, bernama Jabir:
“Hai Jabir! Tidak seorang pun yang dibawa berbicara oleh Allah, kecuali dari balik tabir.
Tapi Allah telah berbicara secara langsung dengan bapakmu ….
“Firman-Nya kepadanya: “Hai hamba-Ku, mintalah kepada-Ku, pasti Kuberi . . . !”
Maka ujarnya:
“Ya Tuhan­ku! kumohon kepada-Mu agar aku dikembalikan ke dunia, agar aku dapat mati syahid sekali lagi … !”
Firman Allah padanya: “Telah terdahulu ketentuan daripada-Ku, bahwa mereka tidak akan dikembalikan lagi . . . !”
“Kalau begitu oh Tuhan” “mohon sampaikan kepada orang-orang di belakangku,
ni’mat karunia yang Engkau limpahkah kepada karni… !”
Hadits Qudsi. Matra Allah Ta’ala pun menurunkan ayat:
“Dan janganlah halian mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati,
tetapi sesungguhnya mereka itu hidup dan diberi rizqi di sisi Tuhan mereka.
Mereka bersuka ria dengan karunia yang diberikan Allah kepada mereka
dan menyampaikan berita gembira kepada orang­orang di belakang yang belum menyusul mereka,
bahwa mereka tidah merasa takut dan tidah pula berdukacita!”
(Q.S. 3 Ali Imran: 169 — 170)
Tatkala Kaum Muslimin berusaha mengenali syuhada mereka yang budiman setelah usainya perang Uhud . .. ,
dan tatkala keluarga Abdullah bin Amr telah mengenali mayatnya,
maka isterinya menaikkannya ke atas untanya berikut dengan mayat saudaranya yang juga menemui syahid,
dengan maksud akan membawanya ke Madinah untuk dimakamkan di sana.
Demikian pula dilakukan oleh sebagian Kaum Muslimin terhadap keluarga­keluarga mereka yang tewas.
Tetapi seorang juru bicara Rasulullah saw. menghubungi mereka dan menyampaikan perintahnya:
“ Makamkan oleh kalian para korban di tempat mereka tewas!”
Maka kembalilah mereka dengan membawa syahid masing­-masing, dan Nabi saw.
pun berdiri mengawasi pemakaman para shahabatnya yang telah syahid,
yang telah memenuhi apa yang mereka janjikan kepada Allah dan mengorbankan nyawa mereka yang berharga
demi bakti mereka kepada Allah dan Rasul­Nya….
Dan tatkala datanglah giliran pemakarnan Abdullah bin Haram, Rasulullah saw. pun menyerukan:
“Kuburkan Abdullah bin Amir ibnul jarah di satu liang!
Selagi di dunia mereka adalah dua orang sahabat yang saling sayang menyayangi.
Dan . . . sekarang sementara orang menyiapkan makam keramat untuk menyambut kedua syuhadah yang mulia itu,
marilah kita layangkan pandangan kepada syahid yang ke dua yaitu Amr Ibnul Jarah.

ABU JAABIR `ABD ALLAH IBN `AMR IBN HIRAAM
Shaded by Angels!


When the seventy Ansaar gave their allegiance to the Messenger of Allah (PBUH)
in the Second Pledge of `Aqabah, `Abd Allah Ibn `Amr Ibn Hiraam,
also known as Abu Jaabir Ibn `Abd Allah, was one of them.
When the Messenger of Allah (PBUH) chose some leaders among them, `Abd Allah Ibn `Amr
was one of these leaders. The Messenger of Allah (PBUH) made him the leader of his people, the Bani
Salamah. When they returned to Al-Madiinah, he sacrificed himself,
his money, and his family in the service of Islam.
After the Messenger's Hijrah to Al-Madiinah,
Abu Jaabir found utmost enjoyment in accompanying the Prophet (PBUH) day and night.
In the Battle of Badr, he went out fighting like a hero. At Uhud he dreamed of his death before the
Muslims went out to battle. He was overwhelmed by a true sense that he was not coming back, and his
heart was full of joy. He called to him his son Jaabir Ibn Abd Allah, the noble Companion, and said, "I
see myself killed in this battle. Maybe I'll be the first martyr among the Muslims. By Allah, I'll leave no
one that I like more than you after the Messenger of Allah (PBUH).
I am in debt, so pay my debts and make your brothers your own concern.
The next morning the Muslims went out to encounter the Quraish that had come in an uproarious
army to invade their peaceful city. A dreadful battle raged, at the beginning of which the Muslims
achieved rapid victory. It could have been a decisive victory but for the archers, whom the Messenger
(PBUH) had ordered to stay at their positions and never to leave them, who were tempted by this quick
victory over the Quraish. They left their positions on the mountain and were preoccupied with gathering
the booty of the defeated army! The Quraish quickly gathered its scattered remnants when it found the
Muslims' back completely exposed. They surprised them by a quick attack from behind,
changing the Muslim victory into defeat.
During this bitter fight, `Abd Allah lbn Amr died as a martyr. When the Muslims went to find their
martyrs after the fighting had ended, Jaabir Ibn `Abd Allah went to search for his father. He found him
among the martyrs, whom the polytheists had made a dreadful display of along with other heroes. Jaabir
and some of his family were crying over the martyr of Islam
`Abd Allah Ibn `Amr Ibn Hiraam when the Messenger of Allah (PBUH) passed by.
He said,
"Cry over him or not, the angels are here to shade him with their wings!"
Abu Jaabir's belief was strong. His love, or even eagerness, to die in the cause of Allah was his
greatest ambition. Afterward, the Messenger of Allah (PBUH) announced the great news
that depicted his great fondness of martyrdom.
One day he (PBUH) said to `Abd Allah's son Jaabir,
"O Jaabir, Allah has never spoken to anyone but from behind a veil, but He has spoken to me face to face.
He said, `O slave, ask Me to give you.'
He said, `O Allah, I ask You to return me to earth, to be killed again in Your cause.'
Allah answered him,"
I said before: They will not return to them.'
He said, `O Allah, then inform
those after me of the blessings you have bestowed on us.'
So exalted Allah sent down:

"Think not of those who are killed in the way of Allah as dead
Nay, they are alive, with their Lord, and they have
provision. They rejoice in what Allah has bestowed upon them of His Bounty, rejoicing for the sake of
those who have not joined them, but are left behind (not yet martyred)
that on them no fear shall come, nor shall they grieve" (3 :169-170).
When the Muslims were identifying their pious martyrs after the Battle of Uhud and the family of
`Abd Allah Ibn `Amr had identified his corpse, his wife carried him, together with her brother who was
martyred also, on her camel. She began taking them back to Al-Madiinah to bury them there. Likewise
did some other Muslims for their martyrs. But the crier of the Messenger of Allah (PBUH) caught up
with them and announced the Messenger's order: Bury the martyrs on their battle-ground. So they all
returned with their martyrs.
The Noble Prophet (PBUH) was supervising the burial of his martyred Companions who had
fulfilled their promise to Allah and sacrificed their precious souls as humble offerings to Allah and His
Messenger. When it was `Abd Allah lbn Hiraam's turn to be buried, the Messenger of Allah (PBUH)
called, "Bury Abd Allah Ibn `Amr and `Amr Ibn Al-Jamuuh in one grave; they were loving and sincere
to each other in this world."
Now, during the moments of preparing the happy grave to receive the two noble martyrs, let us have
a loving look at the second martyr, `Amr Ibn Al-Jamuuh!